Hai.. hai.. Selama belajar
menulis saya akan mencoba beberapa hal postingan, maafkan jika banyak
kesalahanku yang diperbuat dalam tulisan ini.
Baiklah kali ini saya akan
mereview komik lagi. Kenapa harus komik lagi yaa, iya betul sekali saya suka
sekali dengan komik tapi sayangnya tidak suka koleksi komik hehe^^. Review ini
dari komik yang berjudul The Promise by Satori Tae. Belum lama ini saya juga mereview komik dari Satori
Tar, yang sudah baca pasti tau sekali tentang Miura Arata dan Shoko Yoneda yang
endingnya menurut saya lucu. Baiklah kita mulai saja reviewnya.
Di sebuah rumah sakit besar ada
seorang ibu dan anak perempuan. Anak perempuan itu bernama Nao, seorang gadis
SMP yang ingin masuk ke sekolah S. Sekolah S merupakan sekolah terbaik di
Jepang. Namun saat itu nilainya selalu turun, kedua orang tua Nao menginginkan
Nao untuk masuk sekolah S. Nao pun dituntut untuk selalu belajar dan berusaha
untuk lebih dari yang lain dan memasuki sekolah S. Suatu ketika Nao mendapatkan
hasil laopran nilainya dan nilainya turun lagi tapi ia mendapat rekomendasi
dari sekolah. Karena kedua orang tua Nao hanya mengingkan Nao masuk Sekolah S
maka mereka pun kecewa tanpa melihat hal bagus yang Nao dapatkan. Nao pun
sedih, ia berjalan di sepanjang taman di rumah sakit tersebut sambil membawa
kertas laporan nilainya. Angin pun berhembus dan menerbangkan kertas laporan
nilainya, Nao berlari untuk mengejar kertas tersebut. Kertas itu mendarat tepat
di wajah seorang pria tampan yang sedang
duduk di bangku taman tersebut. Nao segera meminta kertas itu untuk di
kembalikan, namun pria itu tidak mengembalikan dan hanya bertanya kepada Nao.
Pria itu bernama Kou ia merupakan pasien di rumah sakit itu yang bersekolah di
sekolah S. Singkat cerita Kou mengetahui bahwa Nao merupakan peserta ujian di
sekolah S dan Kao mengetahui bahwa Nao khawatir dan tidak percaya diri dalam
ujiannya itu. Kemudian Kao menawarkan diri jika memang Nao tidak percaya diri
Nao disuruh datang ke kamarnya di ruang 303. Nao kembali dengan bingung akan dirinya sendiri yang
khawatir dan tidak percaya diri. Nao merupakan anak satu-satunya, ayahnya di
PHK dan Ibunya selalu menyuruhnya belajar. Nao kesal dengan keadaan itu yang
membuatnya merobek kertas laporan nilainya.
Keesokan harinya Nao pun datang
ke kamar 303, kamar Kao. Rupanya kamar itu kosong, lalu tiba-tiba suara pria
laki-laki terdengar dan ternyata itu Kao. Mereka duduk di taman rumah sakit, Kou
menceritakan kejadian kemarin. Rupanya Kou telah memperhatikan Nao yang sedih
dan memperhatikan kertas laporan nilainya dengan serius. Dan Kou mengetahui
dengan sendirinya dan bertanya apakah Nao mengikuti ujian itu karena di suruh
orang tuanya, dengan cepat Nao membantah pernyataan itu. Dengan tekadnya itu, Kou
hanya berbicara “Bagus, dengan menjadi kuat, kamu membuktikan bahwa kamu sudah
berusaha sekuat tenaga. Tapi kamu harus lebih percaya diri.”
Setelah itu, Nao setiap hari
datang ke tempat Kou. Ia mendengarkan pengalaman Kou waktu ikut ujian dan
bertemu dengannya walau tidak ada bahan pembi caraan. Bagi Nao itu ada lah
saat-saat berharga yang tak tergantikan oleh apapun. Nao dan Kou pun pergi ke
atap dan menceritakan kebahagiaan mereka.
Ketika Nao berada di sekolah,
rupanya gosip bahwa ia setiap hari ke rumah sakit dan bertemu dengan Kou telah
tersebar. Pada akhirnya mereka menanyakan langsung ke Nao, banyak yang tidak
menyukai Nao dan beranggapan bahwa kedekatannya dengan Kou hanyalah untuk
mencari jalan pintas agar bisa lulus di sekolah S.
Ketika Nao di rumah dan ia telah
selesai belajar ia berencana untuk pergi menemui Kou, namun ibunyanya menegur
bahwa ayahnya akan segera pulang. Benar saja ketika ia membuka pintu, ayahnya
sudah berada di luar pintu dan ternyata ayahnya sudah tau bahwa Nao akan ke
rumah sakit tapi ayahnya tidak mengizinkannya keluar, Nao pun dimarahi dan
hanya boleh pergi ke sekolah dan beli buku karena ujiannya sudah semakin dekat.
Nao tidak menerima pernyataan ayahnya, Nao lari keluar rumah. Baginya untuk apa
belajar dengan keras. Ketika Nao sampai di rumah sakit ia menceritakan semuanya
kepada Kao dan menyatakan bahwa ia telah menyerah. Dengan sangat bijak Kou
memberikan nasihat bahwa untuk apa manusia hidup, kemudian Kou hanya
memperkenalkan Nao dengan Kaito. Dia adalah sekolah anak kelas 5 SD yang sudah
setahun masuk rumah sakit itu, dia juga menginginkan masuk ke sekolah S dan ia
selalu ceria dan optimis padahal ia sudah beberapa kali di operasi. Nao pun
seketika merasa sedih, dia kira hanya dia lah yang paling menderita. Kou pun
menguatkan Nao dengan keceriaannya dan semangatnya. Nao yang kemudian menangis
memeluk Kou, Kou pun hanya membalas mencium keningnya. Dan Kou mengungkapkan
perasaannya.
Keesokan harinya Nao datang ke
kamar Kou di rumah sakit, Nao menceritakan bahwa ia telah meminta maaf kepada
ayahnya dan ayahnya mengerti asalkan ia bisa masuk sekolah S. Kemudian Kou
memberikan sebuah jimat dari ibunya agar Nao lulus ujian, dengan semangat Nao
mengajak Kou keluar dengan menarik tangannya Kou namun tiba-tiba Kou merasa
kesakitan. Ketika Nao bertanya tapi dengan wajah cerianya Kou mengatakan
semuanya baik-baik saja.
Ketika di sekolah, teman Nao
curiga dengan keadaan Kou yang sampai saat ini masih di rumah sakit mereka pun
merasa bahwa Kou bukan memiliki sakit yang biasa. Nao langsung menemui ibu Kou
untuk menanyakan kejelasan tentang sakitnya Kou. Dan ibu Kou mengatakan bahwa
Kou akan di operasi. Operasinya itu akan merenggut jiwanya tapi jika ia tidak
di operasi maka Kou tidak akan sembuh. Nao pun sedih, tapi ia tetap
menyemangati Kou dengan tetap tersenyum di depan Kou.
Operasi Kou tanggal 25 dan itu
bertepatan dengan hari ujian Nao. Dengan tekadnya yang kuat dan janjinya kepada
Kou sambil memegang jimat yang di berikan Kou, Nao pun berusaha dengan keras.
Setelah ujian Nao selesai ia langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Kou
namun ketika sampai di depan kamar Kou ia hanya melihat bekas pakaian rumah
sakit Kou, buku dan sebuket bunga di atas tempat tidurnya. Nao terkejut dengan
apa yang dia lihat dan menjatuhkan jimat
yang diberikan Kou. Dia mengingat semua kenangannya bersama Kou, Nao sangat
sedih. Ibu Kou menghampiri Nao dan memberikan sebuah surat yang dititipkan Kou
untuknya. Surat itu hanya tertulis “Teruslah hidup, Nao.” Tak terbendung lagi
air mata Nao hingga ia menangis dengan keras. Kou meninggal pada usia 17 tahun.
Namun Nao tetap melanjutkan
hidupnya dan ia di terima di sekolah S. Bagi Nao sudah tidak dapat lagi bertemu
dengannya. Dalam jiwa Nao, ada Kou. Kou yang membuatnya hidup optimis dan
selamanya Kou akan selalu ada. -End-
Waaah, ending yang sangat
menyedihkan yaa. Semoga kita hidup selalu optimis dan tidak merasa diri kita
yang paling menderita. Percaya saja di balik setiap hal yang kita perjuangkan
selalu berjalan dengan baik. Sekian dari saya, kurang lebihnya mohon maaf ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar